Setiap tahun fakultas adab dan ilmu budaya UIN Sunan
Kalijaga Yogyakarta rutin mengadakan apresiasi budaya yang dinamai pekan
budaya. Ada yang berbeda dalam penyelenggaraan pekan budaya tahun ini, yaitu
diselenggarakannya ajang kontes kecantikan/ miss misan yang bertajuk ’miss
muslimah’. Yang menjadi pertanyaan adalah apa relevansinya antara pekan budaya
dengan miss muslimah. Apakah ajang miss misan merupakan bagian dari budaya
bangsa yang perlu untuk diapresiasikan, atau ia mungkin merupakan budaya jawa
atau budaya nusantara yang kebetulan terselenggara di kota budaya Yogyakarta.
Atau ia merupakan budaya Islam atau budaya arab yang dibawa islam karena kontes
ini diadakan di universitas islam. Tidak, kontes ini bukanlah merupakan budaya
jawa, nusantara, atau budaya arab dan pasti bukan merupakan budaya islam.
Kontes ini merupakan modifikasi dari kontes miss misan diluar sana yang berakar
dari budaya barat yang ketika masuk sebuah kampus islam harus berubah nama
menjadi Miss Muslimah.
Jika ditilik dari sejarahnya kontes
kecantikan pertama kali diadakan di
Amerika pada tahun 1854. Namun kontes kecantikan itu ditutup karena adanya protes
publik.Dan uniknya panitia penyelenggara kontes
kecantikan yang pertama di dunia tersebut sebelumnya sukses sukses menggelar
kontes kecantikan untuk hewan, anjing dan burung.Kemudian kesuksesan itu di uji
cobakan untuk manusia.
Kontes kecantikan yang bertajuk miss muslimah tersebut
mungkin merupakan bentuk kelatahan terhadap tren modern saat ini. Dimana setiap
kelompok, komunitas, daerah, Negara bahkan dunia sedang mencoba untuk
memeperkenalkan/mempromosikan diri mereka dengan megadakan kontes miss misan
tersebut. Banyak mungkin yang berpendapat ajang ini bisa mendongkrak pamor
kampus, menaikkan citra kampus di mata masyarakat luas, dan dengan dalih kontes
ini tidaklah menjadikan kecantikan sebagai kriteria utama. Jika kontes ini bisa
menaikkan citra kampus, lantas citra macam apa yang hendak dinaikkan. Citra pendidikannya,
citra kampus yang beradab, atau mungkin hanya citra kecantikan pesertanya saja.
Citra macam apa yang hendak ditunjukkan dengan memamerkan kecantikan wanita di
depan publik, dengan berlengak-lenggoknya mis misan itu diatas panggung. Apakah
itu yang hendak dicitrakan oleh sebuah kampus islam, dengan meniru budaya barat
semacam itu yang hanya merubah konteks saja.