Pages

Senin, 23 September 2019

Do'a Dhuha (by Unic)


Allahumma Innadh Dhuha-A Dhuha-Uka
Wal  Bahaa-A Bahaa-Uka
Wal Jamaala Jamaaluka
Wal Quwwata Quwatuka
Wal Qudrata Qudratuka
Wal Ishmata Ishmatuka
Allahuma Inkaana Rizqi Fis Samma-I Fa Anzilhu
Wan Inkaana Fil Ardhi Fa-Akhrijhu
Wa Inkaana Mu’asiran Fayassirhu
Wa Inkaana Haraaman Fathahhirhu
Wa Inkaana Ba’idan Fa Qaribhu
Bihaqqiduhaa-Ika Wa Bahaaika
Wa Jamaalika Wa Quwwatika Wa Qudratika
Aatini Maa Ataita Min’Ibadikash Shalihin
Ya Allah
Sesungguhnya Waktu Dhuha itu DhuhaMU
Kecantikannya KecantikanMU
Keindahannya KeindahanMU
Kekuatannya KekuatanMU
Kekuasaannya KekuasaanMU
Perlindungannya PerlindunganMU
Ya Allah
Jika rezeki masih di langit, turunkanlah
Jika di bumi, keluarkanlah
Jika sukar, permudahkanlah
Jika haram, sucikanlah
Jika jauh, dekatkanlah
Berkat waktu Dhuha
KecantikanMU, keindahanMU
KekuatanMU, kekuasaanMU
Limpahkan kepadaku segala
Yang Engkau telah limpahkan
Kepada hamba-hambaMU yang soleh. 

Minggu, 12 Agustus 2018

MAKE YOU FEEL MY LOVE Lyrics (ADELE)



"Make You Feel My Love"

When the rain is blowing in your face
And the whole world is on your case
I could offer you a warm embrace
To make you feel my love

When the evening shadows and the stars appear
And there is no one there to dry your tears
I could hold you for a million years
To make you feel my love

I know you haven't made your mind up yet
But I will never do you wrong
I've known it from the moment that we met
No doubt in my mind where you belong

I'd go hungry; I'd go black and blue
I'd go crawling down the avenue
No, there's nothing that I wouldn't do
To make you feel my love

The storms are raging on the rolling sea
And on the highway of regret
The winds of change are blowing wild and free
You ain't seen nothing like me yet

I could make you happy, make your dreams come true
Nothing that I wouldn't do
Go to the ends of the Earth for you
To make you feel my love
To make you feel my love

Kamis, 10 Agustus 2017

Khalifah fil Ardhi, Penjaga Kelestarian Alam

Yogyakarta, 20-12-2015

Beberapa dekade terakhir ini isu-isu mengenai lingkungan seperti pemanasan global, perubahan iklim, dan bencana-bencana akibat rusaknya lingkungan menjadi perhatian umat manusia di penjuru dunia. Seperti yang baru usai beberapa hari yang lalu, yaitu konferensi Perubahan iklim di Paris, Perancis 30 November – 13 Desember 2015. Konferensi ini diikuti hampir seluruh negara dibelahan bumi yaitu 195 negara. Dalam konferensi paris ini tercapai satu kesepakatan yang disebut sebagai Paris Agreement (kesepakatan Paris) yang diyakini bisa mengatasi perubahan iklim yang semakin ekstrim belakangan ini.

Kesadaran untuk saling bekerjasama dan bergotong-royong  mengatasi masalah lingkungan merupakan satu tindakan yang benar dan sudah semestinya dilakukan karena isu-isu lingkungan; pemanasan global, perubahan iklim, pencemaran udara dan lain sebagainya bukanlah isu yang bisa dikotak-kotakkan dan disekat-sekat berdasar batas-batas negara, karena lingkungan, iklim, dan udara tidak bisa disekat-sekat dan dibatasi antar negara, isu ini adalah isu global yang harus dijawab dan diatasi bersama oleh setiap negara diatas bumi ini.

            Mengenai isu linkungan ini, Indonesia yang disebut-sebut sebagai paru-paru dunia juga tidak terlepas dari masalah lingkungan yang belakangan menjadi semakin kompleks. Isu terakhir yang masih hangat dan segar diingatan adalah isu mengenai kabut asap yang menimpa disebagian wilayah Sumatra dan Kalimantan. Asap yang tidak mengenal batas-batas negara bahkan sampai menyebrang ke negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura bahkan sampai ke Thailand, karena seperti yang sudah disebutkan diatas bahwa isu-isu lingkungan bukanlah isu nasional dalam negeri suatu negara melainkan isu global.

Sabtu, 03 Juni 2017

Terorisme Bukan Islam ( Jihad ≠ Teror )


Setelah tragedi 11 september 2001 (9/11), banyak pihak yang mengaitkan antara Islam dan terorisme. Sentimen negatif terhadap Islam menjadi semakin besar, Islam selalu diidentikkan dengan kekerasan dan konsep jihad dalam Islam sering diterjemahkan menjadi tindakan terorisme seperti pemboman dan pembajakan pesawat pada tragedi 9/11, yang menghancurkan gedung World Trade Center (WTC) dan juga gedung pertahanan Amerika Serikat Pentagon. Mereka beranggapan bahwa konsep jihad dalam Islam adalah sumber dari terorisme.

‘Jihad berasal dari bahasa arab “jahada” yaitu suatu perjuangan keras untuk mencapai suatu cita-cita. Menurut pengertian asalnya, jihad itu berarti berjuang dan berperang melawan kemiskinan, kedzaliman, kebodohan, dan kekerdilan akidah, demi mencapai kejayaan hidup yang wajar. Nabi Muhammad SAW. Pernah bersabda : “jihad yang paling besar ialah perang melawan hawa nafsu” (HR. Muslim).’[1]

‘Dalam al-Quran, jihad yang berarti pertempuran,dinamakan dengan “qital” (berbunuhan) terhadap orang kafir yang telah memaklumkan perang terhadap muslim. Salah satu ayat-Nya berbunyi : Telah diizinkan (berperang) bagi orang-orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka telah dianiaya. Dan sesungguhnya Allah, benar-benar Maha Kuasa menolong mereka itu, (yaitu) orang-orang yang telah diusir dari kampung halaman mereka tanpa alasan yang benar, kecuali karena mereka berkata: "Tuhan kami hanyalah Allah." Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja, rumah-rumah ibadat orang Yahudi dan masjid- masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kuat lagi Maha Perkasa” (QS. Al-Hajj : 39-40)’

Jumat, 02 Juni 2017

Blusukan and Servant Leader

The term ‘blusukan’ has become popular since Joko Widodo known as ‘Jokowi’ was being inaugurated as Jakarta Governor. Jokowi used blusukan as his leadership style. According to what jokowi has done, blusukan is directly comes to the people’s place especially the grassroot ( wong cilik), in slums area, rivers side, garbage dumps, and others to know what are their problems and have a dialogue with the people in order to make the right policy. More or lees this style of leadership has sent Jokowi to Win the race of Presidential election in 2014. Regardless that jokowi used blusukan as an image or not, but this leadership style is very effective and loved by the people. This is an effective style because the leader can know the problem faced by the people exactly, not just from the report from the bureaucreacy because we know that sometimes the bureaucreacy just reports the good thing as ‘ABS’ (asal bapak senang) in indonesian term. This essay will try to look the similiarity of blusukan and servant leader as a concept of Islamic leadhersip style.

            Blusukan is a Javanese word, blusukan comes from the main word ‘blusuk’ which means “mlebu ing’ in Javanese or entry (come in), and then plus suffix –an becoming blusukan, this means an activity done by someone to enter some places in order to get something. As leadhersip style Blusukan means a style of leadership that comes to the people place directly in order to know, to hear, to talk, with the people to make a good policy to inspire development programs that will be implemented, and to know the effect of the programs that being implemented or as an evaluation of program  that is applied. So the blusukan needs the leader to come to the people place, not the opposite. The leaders in blusukan point of view are becoming a servant of the people. So the leaders serve the people not the people serve the leader.

            Leader and Leadership are very important in Islam. In most circumstances in life, Muslims are urged to appoint a leader and to follow him. According to the Prophet Muhammad SAW, Muslims must appoint a leader during a trip, select a leader to lead the prayer, and choose a leader for other group activities. One of the concepts of leadership in Islam is servant leader, a leader who serves for his follower. Servant leader is an Islamic leadership style, as what Prophet Muhammad once said “The servant of the people is their leader”. According to this, the whole purposes of leadership are to serve the people. One of the leaders in Islamic history that implemented the concept of servant leader is umar ibn Al-khattab. Umar is the figure of a leader who understood the interest and the needs of his people, although he lived in poor condition. Umar often got around and investigated the condition of his people in the night, this what we know as ‘blusukan’. So, Blusukan has sameness with the servant leader. Both of them are oriented to the people’s need and interest.

AkU

aku mundur dari medan pertarungan sebelum perlawanan dikobarkan
aku terdiam sebelum sempat mengutarakan
aku berlari tanpa paksaan dan berhenti oleh keadaan
aku mengejar yang tak terkejar

aku hilang tertelan peradaban
aku ada tapi tak berada
aku tampak tapi tak tertampak

aku datang tak berjejak hilang tak bermakna



M.A
05-08-2015

Selasa, 30 Juni 2015

Kala (h)

Kala cinta memanggilmu
Kala rasa merasuk di sukmamu

Kala sang waktu mengelak
Kala sang bidadari enggan menyapa

Berlari, menjauh, menghindar
Sesak kalbu tercabik sukma

Pesonanya tak sirna
Relung jiwa tlah dirasuki rasa




M.A
21-02-2015